Sistem politik
Dalam
perspektif sistem, sistem politik adalah subsistem dari sistem sosial. Perspektif
atau pendekatan sistem
melihat keseluruhan interaksi yang ada dalam suatu sistem yakni suatu unit yang
relatif terpisah dari lingkungannya dan memiliki hubungan yang relatif tetap di
antara elemen-elemen pembentuknya. Kehidupan politik dari perspektif sistem
bisa dilihat dari berbagai sudut, misalnya dengan menekankan pada kelembagaan
yang ada kita bisa melihat pada struktur hubungan antara berbagai lembaga atau
institusi pembentuk sistem politik. Hubungan antara berbagai lembaga negara
sebagai pusat kekuatan politik misalnya merupakan satu aspek, sedangkan peranan
partai politik dan kelompok-kelompok penekan merupakan bagian lain dari suatu
sistem politik. Dengan mengubah sudut pandang maka sistem politik bisa dilihat
sebagai kebudayaan politik,
lembaga-lembaga politik, dan perilaku politik.
Model sistem
politik yang paling sederhana akan menguraikan masukan (input) ke dalam
sistem politik, yang mengubah melalui proses politik menjadi keluaran (output).
Dalam model ini masukan biasanya dikaitkan dengan dukungan maupun tuntutan yang
harus diolah oleh sistem politik lewat berbagai keputusan dan pelayanan publik
yang diberian oleh pemerintahan untuk bisa menghasilkan kesejahteraan bagi
rakyat. Dalam perspektif ini, maka efektifitas sistem politik adalah
kemampuannya untuk menciptakan kesejahteraan bagi rakyat.
Namun dengan
mengingat Machiavelli
maka tidak jarang efektifitas sistem politik diukur dari kemampuannya untuk
mempertahankan diri dari tekanan untuk berubah. Pandangan ini tidak membedakan
antara sistem politik yang demokratis dan sistem politik yang otoriter.
Sejarah Sistem Politik Indonesia bisa dilihat dari proses
politik yang terjadi di dalamnya. Namun dalam menguraikannya tidak cukup
sekedar melihat sejarah Bangsa Indonesia tapi diperlukan analisis sistem agar
lebih efektif. Dalam proses politik biasanya di dalamnya terdapat interaksi
fungsional yaitu proses aliran yang berputar menjaga eksistensinya. Sistem politik
merupakan sistem yang terbuka, karena sistem ini dikelilingi oleh lingkungan
yang memiliki tantangan dan tekanan.
Dalam melakukan analisis sistem bisa dengan pendekatan satu
segi pandangan saja seperti dari sistem kepartaian, tetapi juga tidak bisa
dilihat dari pendekatan tradisional dengan melakukan proyeksi sejarah yang
hanya berupa pemotretan sekilas. Pendekatan yang harus dilakukan dengan
pendekatan integratif yaitu pendekatan sistem, pelaku-saranan-tujuan dan
pengambilan keputusan
Proses politik mengisyaratkan harus adanya
kapabilitas sistem. Kapabilitas sistem adalah kemampuan sistem untuk menghadapi
kenyataan dan tantangan. Pandangan mengenai keberhasilan dalam menghadapi
tantangan ini berbeda diantara para pakar politik. Ahli politik zaman klasik
seperti Aristoteles dan Plato dan diikuti oleh teoritisi liberal abad ke-18 dan
19 melihat prestasi politik dikuru dari sudut moral. Sedangkan pada masa modern
sekarang ahli politik melihatnya dari tingkat prestasi (performance level)
yaitu seberapa besar pengaruh lingkungan dalam masyarakat, lingkungan luar
masyarakat dan lingkungan internasional.
Pengaruh ini akan memunculkan perubahan politik. Adapun
pelaku perubahan politik bisa dari elit politik, atau dari kelompok
infrastruktur politik dan dari lingkungan internasional.
Perubahan ini besaran maupun isi aliran berupa input dan
output. Proes mengkonversi input menjadi output dilakukan oleh penjaga gawang (gatekeeper).
Terdapat 5 kapabilitas yang menjadi penilaian prestasi
sebuah sistem politik :
1. Kapabilitas Ekstraktif, yaitu kemampuan
Sumber daya alam dan sumber daya manusia. Kemampuan SDA biasanya masih bersifat
potensial sampai kemudian digunakan secara maksimal oleh pemerintah. Seperti pengelolaan
minyak tanah, pertambangan yang ketika datang para penanam modal domestik itu
akan memberikan pemasukan bagi pemerintah berupa pajak. Pajak inilah yang
kemudian menghidupkan negara.
2. Kapabilitas Distributif. SDA yang dimiliki
oleh masyarakat dan negara diolah sedemikian rupa untuk dapat didistribusikan
secara merata, misalkan seperti sembako yang diharuskan dapat merata
distribusinya keseluruh masyarakat. Demikian pula dengan pajak sebagai
pemasukan negara itu harus kembali didistribusikan dari pemerintah pusat ke
pemerintah daerah.
3. Kapabilitas Regulatif (pengaturan). Dalam
menyelenggaran pengawasan tingkah laku individu dan kelompok maka dibutuhkan
adanya pengaturan. Regulasi individu sering memunculkan benturan pendapat.
Seperti ketika pemerintah membutuhkan maka kemudian regulasi diperketat, hal
ini mengakibatkan keterlibatan masyarakat terkekang.
4. kapabilitas simbolik, artinya kemampuan
pemerintah dalam berkreasi dan secara selektif membuat kebijakan yang akan
diterima oleh rakyat. Semakin diterima kebijakan yang dibuat pemerintah maka
semakin baik kapabilitas simbolik sistem.
5. kapabilitas responsif, dalam proses
politik terdapat hubungan antara input dan output, output berupa kebijakan
pemerintah sejauh mana dipengaruhi oleh masukan atau adanya partisipasi
masyarakat sebagai inputnya akan menjadi ukuran kapabilitas responsif.
6. kapabilitas dalam negeri dan
internasional. Sebuah negara tidak bisa sendirian hidup dalam dunia yang
mengglobal saat ini, bahkan sekarang banyak negara yang memiliki kapabilitas
ekstraktif berupa perdagangan internasional. Minimal dalam kapabilitas
internasional ini negara kaya atau berkuasa (superpower) memberikan
hibah (grants) dan pinjaman (loan) kepada negara-negara
berkembang.
Ada satu pendekatan lagi yang dibutuhkan dalam
melihat proses politik yaitu pendekatan pembangunan, yang terdiri dari 2 hal:
a. Pembangunan politik masyarakat berupa
mobilisasi, partisipasi atau pertengahan. Gaya agregasi kepentingan masyarakat
ini bisa dilakukans ecara tawaran pragmatik seperti yang digunakan di AS atau
pengejaran nilai yang absolut seperti di Uni Sovyet atau tradisionalistik.
b. Pembangunan politik pemerintah berupa
stabilitas politik
PROSES POLITIK DI INDONESIA
Sejarah Sistem politik Indonesia dilihat dari
proses politiknya bisa dilihat dari masa-masa berikut ini:
- Masa prakolonial
- Masa kolonial (penjajahan)
- Masa Demokrasi Liberal
- Masa Demokrasi terpimpin
- Masa Demokrasi Pancasila
- Masa Reformasi
Masing-masing masa tersebut kemudian
dianalisis secara sistematis dari aspek :
· Penyaluran tuntutan
· Pemeliharaan nilai
· Kapabilitas
· Integrasi vertikal
· Integrasi horizontal
· Gaya politik
· Kepemimpinan
· Partisipasi massa
· Keterlibatan militer
· Aparat negara
· Stabilitas
Bila diuraikan kembali maka diperoleh analisis
sebagai berikut :
1. Masa prakolonial (Kerajaan)
· Penyaluran tuntutan –
rendah dan terpenuhi
· Pemeliharaan nilai –
disesuikan dengan penguasa atau pemenang peperangan
· Kapabilitas – SDA
melimpah
· Integrasi vertikal –
atas bawah
· Integrasi horizontal –
nampak hanya sesama penguasa kerajaan
· Gaya politik - kerajaan
· Kepemimpinan – raja,
pangeran dan keluarga kerajaan
· Partisipasi massa –
sangat rendah
· Keterlibatan militer –
sangat kuat karena berkaitan dengan perang
· Aparat negara – loyal
kepada kerajaan dan raja yang memerintah
· Stabilitas – stabil
dimasa aman dan instabil dimasa perang
2. Masa kolonial (penjajahan)
· Penyaluran tuntutan –
rendah dan tidak terpenuhi
· Pemeliharaan nilai –
sering terjadi pelanggaran ham
· Kapabilitas – melimpah
tapi dikeruk bagi kepentingan penjajah
· Integrasi vertikal –
atas bawah tidak harmonis
· Integrasi horizontal –
harmonis dengan sesama penjajah atau elit pribumi
· Gaya politik –
penjajahan, politik belah bambu (memecah belah)
· Kepemimpinan – dari
penjajah dan elit pribumi yang diperalat
· Partisipasi massa –
sangat rendah bahkan tidak ada
· Keterlibatan militer –
sangat besar
· Aparat negara – loyal
kepada penjajah
· Stabilitas – stabil
tapi dalam kondisi mudah pecah
3. Masa Demokrasi Liberal
· Penyaluran tuntutan –
tinggi tapi sistem belum memadani
· Pemeliharaan nilai –
penghargaan HAM tinggi
· Kapabilitas – baru
sebagian yang dipergunakan, kebanyakan masih potensial
· Integrasi vertikal –
dua arah, atas bawah dan bawah atas
· Integrasi horizontal-
disintegrasi, muncul solidarity makers dan administrator
· Gaya politik -
ideologis
· Kepemimpinan – angkatan
sumpah pemuda tahun 1928
· Partisipasi massa –
sangat tinggi, bahkan muncul kudeta
· Keterlibatan militer –
militer dikuasai oleh sipil
· Aparat negara – loyak
kepada kepentingan kelompok atau partai
· Stabilitas -
instabilitas
4. Masa Demokrasi terpimpin
· Penyaluran tuntutan –
tinggi tapi tidak tersalurkan karena adanya Front nas
· Pemeliharaan nilai –
Penghormatan HAM rendah
· Kapabilitas – abstrak,
distributif dan simbolik, ekonomi tidak maju
· Integrasi vertikal –
atas bawah
· Integrasi horizontal –
berperan solidarity makers,
· Gaya politik – ideolog,
nasakom
· Kepemimpinan – tokoh
kharismatik dan paternalistik
· Partisipasi massa -
dibatasi
· Keterlibatan militer –
militer masuk ke pemerintahan
· Aparat negara – loyal
kepada negara
· Stabilitas - stabil
5. Masa Demokrasi Pancasila
· Penyaluran tuntutan –
awalnya seimbang kemudian tidak terpenuhi karena fusi
· Pemeliharaan nilai –
terjadi Pelanggaran HAM tapi ada pengakuan HAM
· Kapabilitas – sistem
terbuka
· Integrasi vertikal –
atas bawah
· Integrasi horizontal -
nampak
· Gaya politik – intelek,
pragmatik, konsep pembangunan
· Kepemimpinan –
teknokrat dan ABRI
· Partisipasi massa –
awalnya bebas terbatas, kemudian lebih banyak dibatasi
· Keterlibatan militer –
merajalela dengan konsep dwifungsi ABRI
· Aparat negara – loyal
kepada pemerintah (Golkar)
· Stabilitas stabil
6. Masa Reformasi
· Penyaluran tuntutan –
tinggi dan terpenuhi
· Pemeliharaan nilai –
Penghormatan HAM tinggi
· Kapabilitas
–disesuaikan dengan Otonomi daerah
· Integrasi vertikal –
dua arah, atas bawah dan bawah atas
· Integrasi horizontal –
nampak, muncul kebebasan (euforia)
· Gaya politik -
pragmatik
· Kepemimpinan – sipil,
purnawiranan, politisi
· Partisipasi massa -
tinggi
· Keterlibatan militer -
dibatasi
· Aparat negara – harus
loyal kepada negara bukan pemerintah
· Stabilitas - instabil
BUDAYA DAN STRUKTUR POLITIK
Materi
Perkuliahan Sistem Politik Indonesia
Tanggal
21 Maret 2006
Oleh
Uwes Fatoni, M.Ag
Sistem politik terdiri dari tradisional, transisi
dan modern
Sistem politik itu sangat luas namun bila diringkaskan bisa
dilihat dari dua sudut pandang yatu kultur (budaya) atau struktur (lembaga).
BUDAYA POLITIK
Budaya politik adalah pola tingkah laku individu dan
orientasinya terhadap kehidupan politik.
Budaya politik berbeda dengan peradaban politik yang lebih
dititiktekankan pada teknologi.
Budaya politik dilihat dari perilaku politik masyarakat
antara mendukung atau antipati juga perilaku yang dipengaruhi oleh orientasi
umum atau opini publik.
Tipe budaya politik
1. Budaya parokial yaitu budaya politik yang
terbatas pada wilayah tertentu bahkan masyarakat belum memiliki kesadaran
berpolitik, sekalipun ada menyerahkannya kepada pemimpin lokal seperti suku.
2. Budaya Kaula artinya masyarakat sudah
memiliki kesadaran terhadap sistem politik namun tidak berdaya dan tidak mampu
berpartisipasi sehingga hanya melihat outputnya saja tanpa bisa memberikan
input.
3. Budaya partisipan yaitu budaya dimana
masyarakat sangat aktif dalam kehidupan politik.
4. budaya politik campuran, maksudnya
disetiap bangsa budaya politik itu tidak terpaku kepada satu budaya, sekalipun
sekarang banyak negara sudah maju, namun ternyata tidak semuanya berbudaya
partisipan, masih ada yang kaula dan parokial. Inilah yang kemudian disebut
sebagai budaya politik campuran.
Ketika melihat budaya politik di Indonesia
kita bisa melihat dari aspek berikut:
a. Konfigurasi subkultur. Indonesia terdiri
dari berbagai suku bangsa yang beragam, namun semuanya sudah melebur menjadi
satu bangsa sehingga tidak muncul kekhawatiran terjadi konflik. Berbeda dengan
india yang subkulturnya sangat beragam bahkan terjadi sekat antar kasta.
b. Bersifat Parokial kaula. Karena masyarakat
Indonesia mayoritas masih berpendidikan rendah maka budaya politiknya masih
bersifat parokial kaula.
c. Ikatan primordial, sentimen kedaerahan
masih muncul apalagi ketika Otonomi Daerah diberlakukan.
d. Paternalisme, artinya masih muncul budaya
asal bapak senang (ABS)
e. Dilema interaksi modernisme dengan
tradisi. Indonesia masih kuat dengan tradisi namun modernisme mulai muncul dan
menggeser tradisi tersebut sehingga memunculkan sikap dilematis.
STRUKTUR POLITIK
Politik adalah Alokasi nilai-nilai yang bersifat otoritatif
yang dipengaruhi oleh distribusi serta penggunaan kekuasaan.
Kekuasaan berarti kapasitas dalam menggunakan wewenang, hak
dan kekuatan fisik.
Ketika berbicara struktur politik maka yang akan
diperbincangkan adalah tentang mesin politik sebagai lembaga yang dipakai untuk
mencapai tujuan.
Berdasarkan jenisnya mesin politik terbagi dua yaitu :
1. Mesin politik Informal
- Pengelompokan atas persamaan sosial
ekonomi
· Golongan petani
merupakan kelompok mayoritas (silent majority)
· Golongan buruh
· Golongan Intelegensia
merupakan kelompok vocal majority
- Persamaan jenis tujuan seperti golongan
agama, militer, usahawan, atau seniman
- Kenyataan kehidupan politik rakyat seperti
partai politik, tokoh politik, golongan kepentingan dan golongan penekan.
2. Mesin politik formal
Mesin politik formal berupa lembaga yang
resmi mengatur pemerintahan yaitu yang tergabung dalam trias politika :
- Legislatif
- Eksekutif
- Yudikatif
Fungsi Politik
- Pendidikan politik
- Mempertemukan kepentingan atau mengakomodasi dan beradaptasi
- Agregasi kepentingan yaitu menyalurkan pendapat masyarakat kepada penguasa, disini penyalurnya berarti pihak ketiga
- Seleksi kepemimpinan
- komunikasi politik yaitu masyarakt mengemukakan langsung pendapatnya kepada penguasa demikian pula sebaliknya.
Tuesday, March 07, 2006
Materi perkuliahan tanggal 6 Maret 2006
Pengertian
Sistem adalah Satu kesatuan yang terbentuk dari
beberapa unsur yang saling terkait
Suatu cara yang mekanismenya berpola, konsisten dan
otomatis
Politik berasal dari polis (negara kota: bhs Yunani)
Artinya kegiatan dalam rangka mengurus kepentingan
masyarakat
Indonesia adalah nama untuk suatu bangsa dan negara
yang memiliki wilayah, penduduk, pemerintah dan aturan.
Sistem Politik berarti mekanisme seperangkat fungsi
atau peranan dalam strutkus politik dalam hubungan satu sama lain yang
menunjukkan satu proses yang langgeng.
Sistem Politik Indonesia berarti :
- Sistem politik yang pernah berlaku di Indonesia (masa lampau)
- sistem politik yang sedang berlaku di Indonesia (masa sekarang)
- Sistem politik yang berlaku selama eksistensi Indonesia masih ada (masa yang akan datang)
Fenomena dalam politik
a. Sistem Politik Negara
b. Peran politik Jabatan
c. Struktur politik Institusi
d. Budaya politik Pendapat umum
e. Sosialisasi politik Pendidikan
kewarganegaraan.
No comments :
Post a Comment